MENINGKATKAN KEHARMONISAN KELUARGA DI MASA PANDEMIK COVID-19

Saturday, 02 May 2020


Pandemik Covid-19 sedikit banyak mengancam kehidupan keluarga. Persoalan ekonomi dan kesulitan beradaptasi dengan pola baru dengan adanya karantina di rumah dan kelelahan dalam mendampingi anak-anak sambil melakukan pekerjaan, dapat memicu ketidakharmonisan berkeluarga. Akibatnya, tingkat stres mulai meningkat, karena tidak realistisnya tuntutan pasangan akibat gaji yang berkurang, serta kebosanan yang disebabkan oleh gaya hidup terisolasi di dalam rumah. Situasi di rumah menjadi “berbeda” dengan sebelum diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Tantangan lain yang muncul adalah pasangan mulai mencari kesalahan terhadap pasangannya, pertengkaran suami dan isteri tidak bisa dielakkan karena problem relasi orang tua yang tinggal satu rumah. Hal-hal yang menyakitkan di masa lalu mulai diungkit kembali dan perkataan/tindakan pasangan yang menyakitkan membuat luka emosi semakin dalam, rasa benci dan dendam muncul ke permukaan. Perlahan kasih Tuhan di dalam kehidupan keluarga mulai meredup sinarnya. Hasilnya, bukan saja “communication distance” yang menjadi masalah di keluarga, melainkan menghasilkan “love distance” (jarak kasih) di antara keluarga. Tidak terbatas hanya secara jarak-komunikasi menjadi renggang namun mengarah kepada ranah perasaan yang saling melukai. Pembiaran seperti ini tidak sehat di dalam keluarga Kristen. Tiap anggota keluarga yang tidak harmonis secara komunikasi dan emosi menyebabkan retaknya relasi anggota keluarga dan menjadi hambatan bagi kita untuk semakin mendekat dan mengagumi keagungan Tuhan. Timothy Keller dalam bukunya The Meaning of Marriage, menuliskan The main enemy of marriage is self-centeredness and unwillingness to serve the other. Musuh utama pernikahan adalah pemusatan diri dan keengganan untuk melayani sesama. Menurut penulis, prinsip ini juga berlaku di dalam keluarga, bukan hanya di dalam pernikahan saja. Demi membangun ikatan keluarga yang solid, tiap anggota harus mulai meninggalkan dan mengakhiri keegoisan diri. Tiap keluarga mulai menerapkan kasih Yesus sebagai standar kebenaran keluarga. Disiplin melepaskan keinginan cinta-diri dan saling melayani anggota keluarga. Seperti 2 Korintus 5:15 menuliskan: “Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.” Kematian Yesus bukan hanya untuk menebus dosa manusia namun setiap orang yang tinggal dan hidup di dalam Yesus Kristus tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri tapi untuk Dia (Yesus Kristus). Hal lain mengenai saling melayani tertulis di Efesus 5:21, “dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus.” Salah satu konsep melayani adalah saling merendahkan diri. Merendahkan diri artinya tidak menjadikan diri angkuh. Perintah “rendahkanlah dirimu” adalah suatu perintah untuk ketaatan melepaskan dan perlahan mengakhiri keterpusatan diri (self-centeredness) di dalam takut akan Kristus. Makna “takut akan Kristus” di Alkitab memiliki makna perasaan sukacita dan kagum terhadap keagungan Tuhan dan kebesaran cinta kasih-Nya terhadap manusia yang seharusnya binasa (Amsal 28:14, Maz. 130:4, 2 Taw. 26:5). Singkatnya takut akan Dia adalah tunduk (bertekuk lutut) di hadapan Tuhan, hanyut dalam perasaan kagum terhadap kemuliaan dan keindahan Tuhan. Jadi untuk mengakhiri keangkuhan diri, tiap keluarga harus saling melayani. Merendahkan diri dalam melayani dikarenakan diri yang telah mengalami keagungan dan dikuasai oleh kasih Tuhan (2 Kor 5:14). Melayani tidak melihat kepada diri sendiri tapi memandang kepada teladan Yesus yang terlebih dulu mengasihi. Pada akhirnya, jika keluarga yang saling melayani dan mengerti kasih Tuhan dalam kehidupannya maka keluarga itu perlahan mengakhiri self-centeredness (egois). Dengan demikian, keharmonisan sesama anggota keluarga terus bertahan dan bertumbuh. Biarlah di Parent’s Day tahun ini, tiap keluarga dapat menjadi God’s blessing (berkat Tuhan) bagi generasi selanjutnya. Tuhan Yesus memberkati. Disusun Oleh: GI. Bunawan Kurnia

Kami Peduli

Masukkan Alamat E-mail Anda untuk berlangganan dengan website Kami.

Apakah anda anggota jemaat GKY Mangga Besar?