Iman dan Perbuatan yang “Membeku”

Monday, 15 June 2020


Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati (Yakobus 2:26). Ada orang percaya, terutama yang baru menjadi Kristen, menyalahartikan ayat ini dan berpikir bahwa anugerah keselamatan dari Allah tidaklah cukup. Mereka jatuh ke dalam sebuah kekeliruan yang menganggap akan perlunya menambahkan perbuatan-perbuatan baik supaya tidak kehilangan keselamatan. Sebagai orang percaya, kita harus menaruh dan mengingat dalam hati dan pikiran kita bahwa keselamatan kita adalah pemberian dari Allah (Ef. 2:8-9). Kasih karunialah yang membebaskan orang percaya dari penghukuman dosa dan memperoleh keselamatan serta hidup kekal di surga. Tuhan Yesus berjanji bahwa tidak ada seorangpun yang dapat merebut kita dari tangan-Nya (Yoh. 10:28). Baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, atau kuasa yang di atas ataupun di bawah, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita (Rm. 8:38-39). Sekali kita menerima anugerah keselamatan dari Allah, itu adalah milik kita selama-lamanya. Kita tidak perlu takut kehilangan keselamatan itu, karena Ia akan mewujudkan rancangan-Nya dalam hidup kita melalui pemeliharaan-Nya. Namun, bagaimana kita tahu bahwa kita sudah memiliki iman yang sejati (iman yang menyelamatkan) dan bukan iman yang palsu? Kitab Yakobus akan membantu kita menjelaskan kebingungan kita dan menumbuhkan keyakinan kita sebagai pengikut Tuhan Yesus Kristus. Kitab ini adalah salah satu bukti lagi bahwa Allah itu panjang sabar; Ia mau terus menyucikan kita, dan terlebih lagi, Ia mau menyadarkan orang-orang yang datang kepada-Nya untuk memiliki iman yang sejati. Kitab Yakobus dapat menjadi evaluasi pribadi kita dan check-up “kesehatan” iman kita. Yakobus memberikan pernyataan yang keras (lih. 2:19): Apabila orang percaya hanya sekadar percaya pada Allah tetapi tidak menerima atau taat pada perintah-Nya, Yakobus menyamakannya dengan apa yang juga dipercayai oleh setan. Setan percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah (Mat. 8:29), tetapi kepercayaan itu tidak menyelamatkannya. Iman yang sejati melibatkan sesuatu yang dapat dilihat dan diakui; kehidupan yang diubahkan, yang bertransformasi. Iman yang Allah berikan adalah iman yang berkarya sebagai respon atas kasih karunia Tuhan. Dengan kata lain, perbuatan baik yang dilakukan orang percaya didasarkan atas iman pada Tuhan Yesus. Orang percaya dengan iman sejati bukan hanya mengabarkan berita Injil, tetapi juga menghidupi berita Injil itu dalam perbuatannya. Yakobus berkata bahwa orang percaya yang hanya menjadi pendengar firman tetapi tidak melakukannya adalah seperti orang yang habis bercermin lalu lupa bagaimana rupanya. Sebaliknya, orang yang mendengar dan sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya. Dengan kata lain, berita Injil yang kita hidupi adalah perwujudan dari kasih anugerah Kristus yang sudah kita terima. Kebahagian orang percaya tidak datang dari hanya sekedar membaca dan merenungkan firman Allah, tapi dari kesungguhan untuk melakukan firman itu (Yak. 1:25). Kita terkadang salah dengan menganggap mendengar itu sama dengan melakukan. Iman sejati adalah iman yang disertai dengan perbuatan. Apabila kita hanya fokus sebagai pendengar dan tidak mengusahakan diri sebagai pelaku firman, kita hanya menghidupi setengah dari berita Injil yang sesungguhnya. Sebagai contoh: Apabila kita percaya iman harus disertai perbuatan, sikap kita akan mencerminkan kebaikan Allah dalam interaksi kita dengan sesama. Namun apabila kita tidak percaya iman harus disertai perbuatan, apa yang kita dengar dan lihat tentang Allah dalam ibadah minggu di gereja tidak mengubah apa-apa dalam keseharian kita atau bahkan tidak mengubah apapun seumur hidup kita. Iman yang sejati mengubah hidup dan menghasilkan perbuatan baik. Memang penting mendengar firman Tuhan dan merenungkannya, tapi tidak kalah penting untuk taat pada firman-Nya. Allah tahu betapa sulitnya itu, oleh sebab itu Allah tidak membiarkan kita sendiri. Allah memberikan Roh Kudus untuk menolong kita. Ia akan memimpin kita dalam seluruh kebenaran (Yoh. 16:13). Roh Kudus tinggal tetap dalam hati kita saat kita percaya Kristus. Kita tidak kekurangan apa-apa untuk melakukan perbuatan baik, karena perbuatan baik kita adalah karya Roh Kudus. Oleh sebab itu, apakah iman kita tercermin dalam perbuatan kita? Apakah masih ada jarak antara apa yang kita percaya dengan cara kita menghadapi situasi dan kondisi saat ini atau dari cara kita meresponi orang lain? Adakah orang terdekat dalam hidup kita yang sepertinya belum menghidupi iman yang sejati dan maukah kita berdoa untuk mereka? Selama pandemi ini, jangan biarkan iman dan perbuatan kita membeku seperti makanan beku yang sering kita konsumsi akhir-akhir ini. Terus nyatakan kehadiran Allah dan kemuliaan-Nya melalui perbuatan baik kita, mengasihi tanpa syarat, tetap bersukacita, hidup dalam damai dan sabar menunggu pandemi ini berlalu. Mengizinkan Firman Allah berakar dalam hidup kita dan menghasilkan perbuatan baik adalah respon yang layak atas anugerah keselamatan yang sudah kita terima. Ingatlah bahwa: Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus (Fil. 1:6). Kemuliaan hanya bagi Allah. Ditulis oleh: Ferli Alkassa

Kami Peduli

Masukkan Alamat E-mail Anda untuk berlangganan dengan website Kami.

Apakah anda anggota jemaat GKY Mangga Besar?