Kok Kesepian Kalau Tuhan Cukup?

Wednesday, 14 October 2020


Apakah di tengah-tengah pandemi saat ini anda merasakan kesepian? Bahkan anda merasa sendiri di tengah hiruk pikuk keluarga dan seluruh kesibukan zoom meeting anda? Kesepian bukan hanya dialami oleh para jomblowan dan jomblowati tapi orang-orang yang menikah dan yang punya keluarga pun bisa mengalminya. Saat mengalami kesepian, biasanya kita akan berkata pada diri sendiri; “Yang kamu butuhkan hanya Tuhan. God is enough! (Tuhan cukup).” Jangan-jangan malah hal ini akan membuat kita makin terpuruk dan diri kita seakan-akan “spiritual disable” karena tidak merasa mengalami Tuhan dan tidak bisa menikmati Tuhan. Jadi apa yang salah? Apakah Tuhan saja tidak cukup? Pendeta John Piper dalam programnya ask pastor John episode 483 membawa saya ke dalam perenungan Firman Tuhan dan membantu mengevaluasi diri saat merasa kesepian di masa pandemi ini, yang perlu kita pahami dan renungkan lebih jauh adalah: 1. Tuhan yang menciptakan kebutuhan berelasi Tuhan bukan hanya menciptakan kebutuhan material; seperti kebutuhan makan dan minum untuk jasmani kita, namun Tuhan juga menciptakan kebutuhan non-material, salah satunya kebutuhan berelasi. Dalam Kejadian 2:18: “TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." Tuhan menciptakan ternak, burung di udara dan segala binatang bagi Adam tapi Adam tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia (Kejadian 2:20), sampai Tuhan menciptakan Hawa dan memberikannya untuk Adam. Eittsss.. hati-hati jomblowan dan jomblowati, jangan terburu-buru mengambil kesimpulan; “tuh….kan….! perlu pacar atau pasangan hidup supaya tidak kesepian?” Sejatinya , kebutuhan berelasi tidak hanya di dapat saat kita punya pacar atau pasangan hidup. Relasi bisa kita dapatkan melalui hubungan dengan sesama terutama persekutuan di dalam Tubuh Kristus (1 Korintus 12:18–21). Tuhan Yang Maha Kuasa dalam Firman-Nya mengatakan dengan tegas, kita tidak boleh berkata pada anggota tubuh yang lain: “aku tidak membutuhkan engkau”. Demikian juga sebagai orang percaya kita tidak bisa berkata; “saya memiliki Tuhan, saya tidak membutuhkan anggota Tubuh Kristus yang lain.” Mempunyai pikiran seperti itu akan membuat kita jatuh dalam dosa, bahkan membuat kita justru terpisah dari kehendak Tuhan. Mempunyai hubungan yang dekat dengan Tuhan dan dipuaskan oleh-Nya sangatlah penting, namun mempunyai relasi dengan sesama adalah respon atau buah yang Tuhan kehendaki sebagai wujud kasih kita kepada-Nya. Ibadah online dan saat teduh pribadi tentu saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan berelasi. Sebab hal ini tidak dapat menggantikan kebutuhan kita untuk bersekutu dengan orang-orang percaya lainnya. Karena Ibadah online baru memenuhi setengah dari hukum terutama yang Tuhan berikan. Injil Matius 22:37-39 berkata; Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Jadi adalah wajar apabila kita kesepian tanpa relasi dengan sesama manusia. Seperti Adam yang tidak bisa menemukan penolong yang sepadan diantara binatang ciptaan Allah lainya; punya hewan piaraan, punya hobby dan punya materi adalah pengisi kesepian yang semu dan sementara, yang tidak bisa menggantikan kebutuhan relasi kita dengan sesama manusia. Dengan menyadari hal ini akan lebih mudah bagi kita mengatasi kesepian dan mulai membangun relasi bukan hanya relasi vertikal (dengan Tuhan), namun juga horizontal (dengan sesama). 2. Tuhan adalah pusat dari hubungan kita dengan sesama Tidak bisa kita pungkiri, membangun relasi dengan sesama memang tidak mudah, kebanyakan kita pernah memiliki pengalaman pahit; kita bisa terluka dan lelah hati. Biasanya langkah praktis yang kita lakukan yaitu dengan yang mengisolasi diri dan tidak mau berelasi lagi dengan sesama. Untuk itu, Tuhan haruslah tetap menjadi pusat hubungan kita dengan sesama. Ibarat tanaman, relasi kita dengan Tuhan adalah akarnya dan relasi dengan sesama adalah buahnya. Proses berelasi dengan orang lain harusnya semakin membuat kita berakar lebih dalam dan kuat, karena kita sedang mewujudkan kasih kepada Allah; dengan segenap hati, segenap jiwa dan akal budi kita. Mengambil resiko untuk terluka dan dikecewakan adalah lebih baik daripada diam dalam kesepian dan tidak mengalami Kasih Tuhan. Love until it hurts. Real love is always painful and hurts; then it is real and pure. Mengasihi sampai terluka. Kasih sejati selalu menyakitkan dan melukai; maka itu nyata dan murni (quote Mother Teresa). Bagaimana keadaanmu saat pandemi ini? Kesepian atau malah nyaman sendiri, tidak direpotkan oleh orang lain? Disadari atau tidak, social distancing atau jarak sosial yang disebabkan oleh pandemi virus corona, membuat orang merasa nyaman sendiri. Namun disisi lain juga membuat banyak orang kesepian. Nyaman sendiri atau kesepian, bukanlah respon yang Tuhan harapkan. Tuhan menciptakan kebutuhan akan relasi agar kita dapat menikmati Dia sepenuh hati. Tuhan ingin kita melihat Dia dalam setiap relasi yang kita bangun. Keluarlah dari jebakan kesepian karena kasih karunia Tuhan cukup bagimu, dan lihat contact listmu, siapa yang perlu kau hubungi hari ini untuk kau kuatkan atau untuk menguatkanmu. Ditulis oleh: Ferli Alkassa

Kami Peduli

Masukkan Alamat E-mail Anda untuk berlangganan dengan website Kami.

Apakah anda anggota jemaat GKY Mangga Besar?