Not Another Christmas

Thursday, 21 January 2021


"Jadi, apa yang kalian rindukan pada natal kali ini?" Itulah pertanyaan yang saya lontarkan kepada rekan-rekan sepelayanan saya beberapa waktu ke belakang. Jawaban mereka bervariatif, ada yang merindukan kemeriahan natalnya, ada yang merindukan kebersamaannya, ada juga yang merindukan hangatnya suasana natal. Mungkin, jawaban-jawaban seperti ini muncul karena kondisi tahun 2020 yang membuat kita terpisah secara fisik. Kita sudah mulai merindukan untuk bersekutu secara konvensional, bukan melalui layar laptop atau handphone kita.

Satu hal yang saya syukuri adalah, setidaknya, kerinduan ini, merupakan kerinduan ilahi. Kenapa saya katakan seperti itu, karena memang sudah seharusnya bagi gereja, untuk bersekutu secara fisik, bukan secara virtual. Namun, bukan berarti persekutuan virtual yang selama ini kita lakukan adalah suatu hal yang salah, tetapi itu hanya menjadi sebuah pilihan terbaik dari semua pertimbangan yang ada.

Tentu kita sangat bersyukur dengan aplikasi baru bernama zoom, yang sangat memudahkan kita untuk melakukan pertemuan-pertemuan secara virtual. Tapi setelah hampir setahun kita melakukan hal tersebut, kita sudah mulai lelah mendengar kata zoom bukan? Ditambah lagi, hari natal yang sudah semakin dekat, mungkin kita mulai berkata "mau gimana nih? masa natalan online juga? mungkin natal tahun ini, akan menjadi natal yang sepi dan hampa, tanpa perayaan-perayaan dan tanpa kehangatan persekutuan anggota tubuh Kristus yang lain."

Ketika merefleksikan sebuah pertanyaan "mau jadi apa natal tahun ini?" saya mulai membayangkan natal pertama kali, yaitu ketika Yesus lahir. Saya mengingat, ketika salah satu rekan saya, baru saja menjadi seorang ayah. Saya dengan rekan-rekan yang lainnya, mengunjungi rumah sakit tempat bayi tersebut dilahirkan. Walaupun kami hanya dapat melihat bayi tersebut secara terpisah karena di batasi dengan kaca nursery room, tapi kami melihat bayi tersebut dengan suasana yang hening dan sangat bahagia. Kami tidak ingin mengganggu bayi tersebut dengan suara kami yang berisik, dan kami menyadari, bagaimana senyuman tidak pernah hilang dari raut wajah kami. Kami bahagia, hanya dengan melihat bayi tersebut berbaring.

Mungkin pengalaman tersebut, di alami juga oleh tokoh-tokoh didalam Alkitab yang mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi bayi Yesus! Orang-orang Majus yang membawa begitu banyak persembahan dan para gembala yang sangat kegirangan, mereka sama-sama menahan suara mereka ketika melihat bayi Yesus yang terbaring. Kebahagiaan mereka terlihat dari senyuman dan tatapan mereka. Hanya dengan melihat kehadiran bayi mungil tersebut di hadapan mereka, kehidupan mereka berubah total.

Menurut saya, natal tahun ini, akan menjadi natal yang mungkin paling mirip dengan natal pertama. Perayaan-perayaan besar yang di gantikan dengan keheningan dan bentuk sukacita yang di ekspresikan secara berbeda tidak membuat natal tahun ini menjadi tidak berarti. Natal tahun ini tetap bisa kita rayakan dengan kehangatan dan sukacita! Mari berhenti sejenak dan melihat perjalanan kita di tahun ini. Bukankah tahun ini, menjadi tahun di mana kita banyak di tolong orang, atau mungkin kita banyak menolong orang. Walaupun tidak ada pertemuan fisik, tetapi kehadiran anggota-anggota tubuh Kristus  lainnya, tetap dapat kita rasakan.

Ditulis oleh: Aldi Pratama Darkasih

 

Kami Peduli

Masukkan Alamat E-mail Anda untuk berlangganan dengan website Kami.

Apakah anda anggota jemaat GKY Mangga Besar?