Starting Next Decade Anew

Thursday, 21 January 2021


Akhirnya, hari ini adalah hari baru di tahun 2021.

Akhirnya tahun 2020 lewat… 

Tidak terasa juga, dekade kedua dalam milenium kedua tahun masehi juga sudah selesai.

Menjadi sebuah perenunganku...

Kilas balik ke 2020 ketika banyak sekali kabar menyedihkan terdengar. Kabar teman-teman, saudara, rekan kerja, rekan sepelayanan dan kenalan yang positif COVID-19 sudah semakin banyak saja.  Tidak hanya itu, pembiaran atas kepedulian kepada sesama juga menjadi highlight menuju akhir tahun 2020. Lihat saja di Jakarta sendiri karena warga sudah bosan dengan kondisi #stayathome dan pembatasan-pembatasan yang diterapkan, toh ??. orang-orang tetap ingin mendapatkan kebebasan dengan jalan-jalan ke objek wisata; baik dalam dan luar kota, bahkan luar negeri.

Dampak dari hal tersebut membuat angka orang teridentifikasi positif COVID yang jika kita pikir-pikir seharusnya berkurang karena adanya usaha pemerintah dengan menarik rem darurat, pembatasan, protokol tetap, imbauan dan instruksi-instruksi pemerintah pusat maupun daerah yang ada.  Namun tidak, angkanya terus bergulir dan meningkat.  Seolah-olah semua usaha tersebut menjadi sia-sia.  Kalau saja itu jumlah orang yang percaya Tuhan (bukan peningkatan pasien Covid-19), pastilah umat Kristen akan semakin giat menjalankan Amanat Agung Tuhan seperti tertulis dalam Matius 28:16-20.

Jika kita tilik, manusia ingin mencari kebebasan dan menolak menerima kenyataan dalam situasi sulit.  Berbagai dalih kita dengar demi pembenaran sepihak tanpa memikirkan konsekuensinya bagi orang lain.  COVID-19 adalah sebuah alat ukur seberapa manusia peduli atau tidak peduli akan sesamanya.  Satu hal yang pasti, angka COVID-19 tidak dapat ditekan dengan konsisten selama manusia menginginkan (desire) hal-hal yang berujung pada pemuasan keinginan diri sendiri saja.  Dengan dosis vaksin yang sudah datang dan akan bertambah lagi ke depannya untuk membuat herd immunity yang proyeksinya adalah 70% masyarakat Indonesia sudah divaksin, bukan tidak mungkin membuat orang semakin sembrono dalam menjalankan gaya hidup yang menafikan bahaya laten COVID-19.  Egoisme dalam sebuah metafora seperti halnya dengan memberi persona kepada matahari.  Melalui gravitasinya, ia tidak henti-hentinya menginginkan planet-planet dan benda langit dalam tata surya untuk mengitarinya, hanya dia saja.

Dalam kehidupan seorang pengikut Kristus, kepedulian kepada sesama semestinya menjadi hal yang terutama dalam 2021.  Roma 12:2 dengan jelas menyatakan untuk tidak menjadi sama dengan dunia ini, melainkan untuk menjadi agen perubahan (sejalan dengan Matius 26:16-20) yang membawa pengharapan kepada dunia yang gelap ini.  Dengan begitu, COVID-19 (dengan rentetan problema yang mengikutinya)  bukan saja dilihat memberi dampak bagi murid Kristus (secara sosial dan ekonomi), namun sesungguhnya hal ini menjadi sebuah ladang yang Tuhan berikan bagi kita untuk diusahakan; yaitu dengan membawa jiwa kepada Tuhan,  sekaligus menjadi ‘media tanam’ yang cocok bagi Firman Tuhan dan untuk membentuk ulang hati serta pikiran kita.

Namun apakah semudah itu menganggap bahwa ‘media tanam’ yang Tuhan persiapkan bagi masing-masing kita pasti berhasil?  Setidaknya ada dua hal yang perlu kita perhatikan, yaitu:  1) perspektif waktu kita tidak sama dengan perspektif waktunya Tuhan.  2) Tugas yang Tuhan percayakan untuk kita usahakan.

Perspektif waktu kita tidak sama dengan perspektif waktunya Tuhan yaitu berbicara mengenai pembaharuan akal budi kita, tentu hal ini  tidak terlepas dari penyerahan diri kepada Tuhan secara total.  Penyerahan diri yang dimaksud di sini adalah pengakuan akan kemahakuasaan Tuhan dan menyadari bahwa apa yang Tuhan percayakan untuk kita usahakan dan hasilnya nanti betul-betul adalah wilayah yuridiksi-nya Tuhan (bdk. 1 Petrus 5:7).  Termasuk percaya bahwa apapun yang akan terjadi sekarang dan dalam masa yang akan datang juga terjadi dalam waktu-Nya. Memang sekarang kita beranggapan semua terjadi secara kausalitas natural saja, tetapi apakah segala sesuatu yang Tuhan ciptakan tidak memiliki andil dalam rencana-Nya?  Matthew Henry Bible Commentary menjelaskan lebih lanjut bahwa segala makhluk yang Tuhan ciptakan adalah banyak, dikumpulkan, teratur dan dalam perintah-Nya.  Tidak hanya apa yang terlihat oleh mata namun yang kasat mata sampai ke tingkat partikel terkecilpun, dalam perintah Tuhan.

Namun hal itu hanya terjadi jika kita dengan kemauan dan hati yang bersih menginginkan serta dengan kesadaran yang dilandaskan penyucian dari Tuhan (sanctification) untuk mengambil bagian dalam pekerjaan-Nya. 

Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: ”Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?” Maka sahutku: ”Ini aku, utuslah aku!” (Yesaya 6:8)

Bagian kedua tentang penjelasan mengenai tugas yang kita usahakan dan sesuai dengan Yesaya 6:8 di atas, merupakan penegasan akan status kita sebagai utusan Tuhan.  Sebagai utusan Tuhan, tugas kita adalah melakukan pekerjaan-Nya, di mana kita tidak membawa nama kita sendiri, yang kita bawa hanyalah nama Tuhan dalam dan melalui peranan hidup kita masing-masing pada tatanan masyarakat yang ada.  Jika kita menjadi seorang karyawan, jadi seorang karyawan Kristen yang membawa nama Tuhan (tidak secara harafiah) dan mengerjakan pekerjaan yang dipercayakan-Nya (juga tidak secara harafiah) dalam lingkungan pekerjaan kita.  Jika Anda pemilik bisnis, jalankan bisnis Anda dengan membawa nama Tuhan (tidak secara harafiah) dan mengerjakan pekerjaan-Nya (juga tidak secara harafiah) dalam bisnis kita. Maksud dari nama Tuhan adalah dengan menyatakan diri dalam apapun panggilan kita, yaitu dengan mengingat bahwa kita adalah dutanya Tuhan dan dengan menyatakan nama Tuhan, lambang dari semua atribut dan sifat-Nya, (maha kuasa, maha hadir, maha tahu, dsb.) melalui segala pekerjaan baik yang kita dapat lakukan dalam kasih dan anugerah-Nya.  Bukankah hal ini merupakan pelaksanaan dari Amanat Agung itu sendiri?

Jika hari ini Tuhan masih mengizinkan kita memasuki tahun 2021, masukilah dengan rasa syukur dan gentar yang amat sangat. Tuhan masih mempercayakan nama-Nya dan pekerjaan-Nya bagi kita untuk kembali dilanjutkan pada tahun 2021. Dialah Eben Haezer.

Mungkin 2021 vaksin sudah terdistribusi kepada mayoritas masyarakat Indonesia, tetapi vaksin bukanlah penyelesaian atas COVID-19.  Dampak COVID-19 yang paling menyayat dalam dan harus kita hadapi adalah luka batin. Hal ini banyak dialami oleh orang-orang pada 2020 dan luka ini tidak hilang begitu saja.

Mari pergunakan waktu yang ada, kemampuan yang ada, kesempatan yang ada, dengan membawa pengharapan dalam Tuhan agar terlihat kepada semua orang. Berdoalah agar Tuhan berkenan supaya mereka memiliki kesempatan untuk datang secara pribadi kepada-Nya.

Happy New Year 2021!

 

Disusun oleh : Kevin Ling

 

Kami Peduli

Masukkan Alamat E-mail Anda untuk berlangganan dengan website Kami.

Apakah anda anggota jemaat GKY Mangga Besar?