Melupakan Dia yang Tidak Pernah Lupa

Thursday, 28 January 2021


Di bulan Oktober 2017 silam, sebuah pabrikan otomotif ternama di Korea Selatan mengumumkan sebuah teknologi baru bagi mobil-mobil yang mereka produksi, khususnya untuk tipe-tipe premium.  Teknologi ini disebut “Rear Occupant Alert.”  Secara sederhana, teknologi ini akan secara otomatis membunyikan klakson, menyalakan lampu mobil, dan mengirim sms jika si pengemudi meninggalkan anak balitanya di dalam mobil.  Teknologi ini diciptakan bukan tanpa alasan.  Sudah berkali-kali anak balita meninggal kepanasan karena orang tuanya lupa dan meninggalkannya di dalam mobil.  

UnbelievableMungkin itu respons kita.  Tetapi jika direnungkan baik-baik, bukankah lupa adalah sifat umum manusia?  Ya, kita termasuk di dalamnya.  Kita tidak bisa menghitung berapa kali kita terjangkit “penyakit” lupa karena sudah terlalu banyak dan terlalu sering.  Ada kalanya kita lupa secara tidak sengaja.  Misalnya, lupa bersyukur pada Tuhan ketika di depan kita sudah tersaji makanan favorit kita tepat di jam lapar.  Ada kalanya kita sengaja melupakan sesuatu yang memang tidak ingin kita ingat lagi.  Misalnya, kita sengaja tidak mengingat lagi peristiwa-peristiwa di masa lampau yang mengganggu relasi kita dengan keluarga.

Ada satu jenis lupa yang lain lagi: Kita tidak sengaja melupakan, tetapi kita juga tidak sengaja untuk mengingat.  Misalnya, kita tidak pernah secara sengaja melupakan teman SD kita.  Tetapi karena kita tidak berusaha untuk mengingat dia, waktu kemudian menghapus kenangan kita akan teman tersebut.  Jenis lupa yang satu ini berbahaya, karena kita merasa semua baik-baik saja.  Padahal sebenarnya, jangan-jangan kita telah kehilangan apa yang penting dan berharga dalam hidup ini karena kelalaian kita untuk mengingat.  

Jenis lupa yang satu ini juga berbahaya karena jenis ini jamak menyerang relasi kita dengan Tuhan.  Hampir tidak ada satupun orang Kristen yang baik, yang sengaja berusaha melupakan Tuhan.  Tetapi seringkali yang terjadi adalah kita kurang berusaha untuk sengaja mengingat Tuhan.  Sepanjang hari kita membiarkan kesibukan menyita seluruh perhatian kita.  Sepanjang hari kita fokus mengejar target-target pribadi kita.  Dan ketika malam tiba, kita sudah kehilangan tenaga dan gairah untuk mengingat Tuhan.  Bayangkan kondisi ini terjadi berhari-hari, berbulan-bulan, dan bertahun-tahun.  Ujungnya jelas, kita perlahan-lahan melupakan Tuhan . . . lupa akan kasih-Nya, janji-Nya, pemeliharaan-Nya, kedaulatan-Nya.  Ketika hidup kita ada di persimpangan, kita tersadar bahwa ingatan kita akan Tuhan begitu minim dan tidak kuat untuk menuntun langkah kaki kita. 

Kabar baiknya, Tuhan tidak pernah melupakan kita.  Tuhan pernah berkata di Yes. 49:15: “Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya?  Sekalipun seorang perempuan melupakan bayinya, Aku tidak akan melupakan engkau.”  Seorang ibu yang baik mustahil melupakan bayinya.  Tetapi kalaupun sampai ada seorang ibu yang bisa lupa terhadap bayinya, Tuhan tidak akan lupa kepada kita.  Mustahil Tuhan melupakan kita.  Kita yang sering lupa, sehingga ketika persoalan datang, kita menduga jangan-jangan Dia memang bisa lupa kepada kita.  Kita yang sering lupa, sehingga ketika pergumulan menyerang, kita menyimpulkan bahwa Dia sengaja lupa kepada kita.  Padahal Dia tidak pernah mungkin melupakan kita.  Kesetiaan Tuhan terhadap diri-Nya dan janji-Nya membuat Dia tidak akan melupakan kita barang sedetikpun.  Lagipula andaikata Tuhan pernah dan bisa lupa kepada kita—misalnya lupa memberi nafas untuk kita, bukankah kita tidak mungkin bertahan hidup?  Kita yang acapkali melupakan Dia yang tidak pernah lupa.

Memasuki tahun 2021, maukah kita bertekad untuk tidak melupakan Tuhan dengan cara sengaja berusaha mengingat Tuhan?  Bagi kita yang belum serius beribadah di hari Minggu, marilah kita lebih serius beribadah, sebab di dalam ibadah kita mengingat karya keselamatan dari Tuhan.  Bagi kita yang belum disiplin membaca firman dan berdoa, marilah kita mulai menetapkan jam khusus untuk membaca firman dan berdoa, sebab melaluinya Tuhan ingin mengingatkan kita akan siapa diri-Nya.  Bagi kita yang belum secara sengaja mencari-cari kesempatan untuk bisa mengingat Tuhan di tengah rutinitas, marilah kita mulai menyusun strategi supaya di saat menyeduh kopi, mengganti popok, mengerjakan tugas sekolah, menandatangani proyek, kita bisa bersyukur kepada Tuhan, sebab melalui hal-hal remeh tersebut Tuhan ingin mengingatkan kita akan kehadiran-Nya.

Ditulis oleh: Pdt. Lucky Samuel

Kami Peduli

Masukkan Alamat E-mail Anda untuk berlangganan dengan website Kami.

Apakah anda anggota jemaat GKY Mangga Besar?