Epifania: Orang Majus, Hadiah Iman, dan Ibadah

Friday, 19 February 2021


Masa Natal tidaklah berakhir ketika tahun baru tiba.  Inkarnasi Yesus melebihi sosok bayi mungil yang terbaring di palungan, karena peristiwa Natal akan menunjukkan kemuliaan Allah bagi segala bangsa.  Karena itulah dalam kalender gerejawi, masa Natal diakhiri dengan epifania (epiphany) yang jatuh pada tanggal 6 Januari.  Epifania berasal dari kata Yunani yang berarti “manifestasi atau penyataan,” dan berhubungan erat dengan kemurahan Allah yang menyatakan diri-Nya kepada segala bangsa, yang diwakilkan oleh orang majus.  Biasanya epifania diperingati di hari Minggu terdekat dengan tanggal 6 Januari, dan berfokus pada pengajaran dan pelayanan  Kristus.

Siapakah Kristus sebagaimana yang dinyatakan dari hadiah yang dibawa para majus?  Dan maukah kita memberikan persembahan seperti yang diberikan orang majus?  Mari kita simak perenungan James M. Boice, seorang penulis dan pengajar Alkitab, dalam tulisannya “Epifania: Orang Majus, Hadiah Iman, dan Ibadah.”

Dari kisah Alkitab sedikit sekali yang kita ketahui tentang orang majus.  Ada banyak kartu Natal menggambarkan tiga raja yang memberikan hadiah untuk seorang anak mungil di dalam palungan.  Orang menyanyikan: “We Three Kings of Orient Are/Tiga Raja dari Timur.”  Tetapi sesungguhnya kita tidak tahu apakah ada tiga orang majus yang membawa hadiah.  Kita tidak diberi tahu apakah mereka adalah raja, atau bahkan kapan mereka tiba di Betlehem.  Sepertinya, dan kemungkinan besar, melihat jauhnya perjalanan yang mereka tempuh dan perintah Herodes untuk membunuh semua anak di bawah usia dua tahun, orang majus ini tiba ketika bayi Yesus sudah menjadi anak kecil.

Fakta betapa sedikitnya informasi yang diberikan tentang orang majus dengan jelas menunjukkan bahwa perhatian Matius bukanlah pada mereka.  Sebaliknya, Matius tertarik pada fakta bahwa orang non Yahudi datang untuk menyembah Mesias orang Yahudi, dan pada hadiah yang mereka bawa.

Mudah untuk dimengerti mengapa emas adalah hadiah yang pantas untuk Yesus Kristus.  Emas adalah logam para raja.  Ketika emas diberikan kepada Yesus, hal ini menjadi pengakuan atas hak-Nya untuk memerintah. Ketika orang majus mempersembahkan emas kepada bayi Yesus mereka sedang dipakai Allah untuk menyediakan dana yang cukup bagi Yusuf buat membawa Anak dan ibu-Nya ke Mesir demi menghindari Herodes yang mau membunuh Anak itu.  Emas menjadi hadiah yang penting.  Yesus ialah raja, seperti yang diketahui para majus.  Ia adalah Raja segala raja. Mudah juga untuk mengerti mengapa kemenyan adalah hadiah yang penting.  Kemenyan digunakan dalam ibadah di bait suci.  Kemenyan dicampur dengan minyak yang digunakan untuk mengurapi para nabi orang Israel.  Kemenyan adalah bagian dari korban sajian yang adalah persembahan syukur dan pujian kepada Allah.  Ketika mempersembahkan hadiah ini, orang majus menunjuk kepada Kristus sebagai Iman Besar Agung kita, pribadi yang seluruh hidup-Nya diterima dan diperkenan Bapa.

Menarik bahwa kemenyan tidak pernah dicampurkan dalam korban penghapus dosa.  Korban ternak dan lemak adalah korban untuk penghapus dosa, dan kemenyan tidak pernah ditambahkan ke dalamnya.  Hanya korban sajian, yang bukan untuk penghapusan dosa, yang dibubuhi kemenyan.

Dengan fakta ini, kita akan secara natural memikirkan Yesus yang diberi hadiah kemenyan.  Yesus sama sekali tanpa dosa.  Ketika musuh-Nya mendatangi Dia dalam satu peristiwa, Yesus menantang mereka dengan pertanyaan, “Siapakah di antaramu yang membuktikan bahwa Aku berbuat dosa?” (Yoh. 8:46).  Mereka terdiam.  Sebelumnya Ia berkata tentang Bapa-Nya, “Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya” (Yoh. 8:29).  Tidak ada seorangpun dari kita yang dapat berkata demikian.  Karena hanya Tuhan Yesus Kristus saja yang tanpa dosa, maka sangatlah pas bila kemenyan diberikan kepada-Nya.

Seperti halnya emas berbicara tentang ke-raja-an Kristus dan kemenyan berbicara tentang kesempurnaan hidup-Nya, demikian pula mur berbicara tentang kematian-Nya.  Mur dipakai untuk pembalseman.  Menurut ukuran manusia adalah aneh, kalau bukan menghina,  memberikan hadiah berupa bahan pembalseman untuk bayi Yesus.

Tetapi tindakan ini bukanlah penghinaan atau keanehan.  Ini adalah sebuah hadiah iman.  Kita tidak tahu dengan pasti apa yang orang majus ketahui atau duga tentang pelayanan Kristus, tetapi kita tahu bahwa Perjanjian Lama terus-menerus menubuatkan tentang penderitaan-Nya.  Mazmur 22 menggambarkan kematian-Nya karena penyaliban; sebuah ayat dari mazmur inilah yang dikutip Yesus ketika Ia berseru di kayu salib, “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?” (Mzm. 22:1; Mat. 27:46).

Kristus akan menderita, dan mati karena dosa.  Mur menjadi lambang pelayanan-Nya di aspek ini.

Dengan iman kita pun dapat mempersembahkan hadiah emas, kemenyan, dan mur.

Mulai dengan mur.  Mur bukan hanya lambang kematian Kristus tetapi juga kematian rohani yang datang kepada kita karena dosa kita.  Letakkanlah itu di kaki Yesus, katakan, “Tuhan Yesus Kristus, aku tahu bahwa aku tidaklah sempurna seperti Engkau dan aku seorang pendosa.  Aku tahu bahwa aku seharusnya menerima konsekuensi dosaku, yaitu terpisah dari hadapan-Mu selamanya.  Tetapi Engkau mengambil dosaku, mati menggantikanku.  Aku mengimaninya.  Sekarang aku meminta-Mu untuk menerimaku sebagai anak-Mu selamanya.”

Setelah engkau melakukannya, datanglah dengan kemenyanmu, akuilah bahwa hidupmu tidaklah semurni hidup Kristus yang tanpa dosa.  Alkitab mengajarkan bahwa tidak ada kebaikan dalam manusia yang tidak tercampur dengan dosa.  Tetapi hal ini juga mengajarkan bahwa Kristus datang untuk hidup dalam orang percaya sehingga perbuatan baik yang dihasilkan oleh hidupnya akan sebaliknya menjadi “persembahan yang harum, korban yang diterima dan diperkenan Allah.”

Akhirnya, datanglah dengan emasmu.  Emas melambangkan kerajaan.  Maka ketika engkau datang membawa emas, engkau mengakui hak Kristus untuk memerintah hidupmu.  Engkau berkata, “Aku adalah hamba-Mu; Engkau Tuanku.  Arahkan hidupku dan pimpinlah aku sehingga aku bertumbuh secara spiritual untuk mengagungkan dan melayani-Mu.”

Jikalau engkau mempercayai makna di balik mur, kemenyan dan emas ini, engkau telah memulai sebuah perjalanan yang dipenuhi sukacita dan berkat rohani.  Karena itu semua adalah hadiah iman.  Hadiah satu-satunya yang bisa kita berikan untuk Pribadi yang karena anugerah-Nya telah memberikan segalanya bagi kita.

Diterjemahkan dari “Epiphany: Magi, Gifts of Faith, and Worship” tulisan James Montgomery Boice (1938-2000) dalam The Christ of Christmas.  Chicago, IL: Moody Publishers, 1983.

 

 

Kami Peduli

Masukkan Alamat E-mail Anda untuk berlangganan dengan website Kami.

Apakah anda anggota jemaat GKY Mangga Besar?