Hal Tentang Dosa

Monday, 08 March 2021


Seorang pemain bola baseball terkenal bernama Kim Je-Hyuk, dijatuhi hukuman penjara selama 1 tahun, karena dianggap melakukan kekerasan saat menyelamatkan adiknya dari serangan seksual. Kehidupan narapidana di balik jeruji besi, relasi dengan keluarga, dan para petugas yang bekerja di dalam penjara, menjadi sorotan utama dari drama Korea yang berjudul Prison Playbook. Dalam drama tersebut, di ceritakan bagaimana kehidupan di dalam penjara, dihiasi dengan hal-hal yang buruk dan menyalahi aturan. Seperti; bagaimana para petugas melakukan transaksi illegal dengan narapidana, adanya aturan kasta antara satu narapidana dengan narapidana lain, dan sebagainya, membuat Je-Hyuk dan para penonton yang menyaksikan drama tersebut terbungkam. Je-Hyuk tidak menyangka, bahwa untuk bertahan hidup di dalam penjara, mengharuskan para narapidana, bahkan petugas kepolisian, melakukan hal-hal yang menyalahi aturan, dan hal tersebut dianggap lazim. Setidaknya begitulah cerita dua episode awal dari Prison Playbook, ketika manusia hidup membiasakan diri berdampingan dengan kejahatan.
Kebenarannya
Ketika Alkitab mencatat kisah nabi Nuh, penulis kitab Kejadian memulainya dengan menceritakan tentang kejahatan manusia di muka bumi. Kejahatan manusia bukanlah kesimpulan tanpa bukti. Pada Kejadian 6:12 "Allah menilik bumi itu dan sungguhlah rusak benar, sebab semua manusia menjalankan hidup yang rusak di bumi" dan pada ayat sebelumnya, ayat 5 berkata "...bahwa segala kecenderungan hatinya (manusia) selalu membuahkan kejahatan semata-mata" (penambahan penulis). Kejahatan, atau sebagai orang Kristen, kita lebih fasih mendengar kata dosa, merupakan musuh terbesar bagi umat manusia. Kejadian 4 menggambarkan "dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda, tetapi engkau harus berkuasa atasnya". Dosa akan berkuasa atas hidup kita, ketika kita sudah mulai mentoleransi dosa, menganggapnya sebagai hal yang lazim dan hidup berdampingan dengannya. Dosa adalah masalah serius bagi umat manusia.
Jika dapat digambarkan melalui skala tentang seberapa serius masalah dosa bagi umat manusia, maka jawaban yang tepat adalah tidak terbatas. Dosa menjadi masalah yang terlalu serius, sehingga celakalah kita jika hidup terbiasa mentoleransi dosa. Sama seperti ketika kita mulai lalai untuk tidak memakai masker dan menjalankan protokol kesehatan di masa sekarang, maka ancaman terpapar virus covid-19 menjadi sangat besar. Atau contoh lain seperti di dalam Efesus 6:10-20, Paulus mengajak jemaat di Efesus untuk mengenakan perlengkapan rohani. Mulai dari berikatpinggangkan kebenaran, berbajuzirahkan keadilan, kaki yang berkasutkan kerelaan, perisai iman, ketopong keselamatan, sampai pedang Roh, mengindikasikan betapa seriusnya peperangan dengan dosa, dan hanya dengan menganggap serius dosa, kita dapat hidup menyenangkan Tuhan.
Masalahnya
Tidak bisa dipungkiri, bahwa kita adalah manusia yang lemah. Seringkali kita masih mentoleransi dosa, karena menganggap hanya hal yang kecil saja. Namun dosa tetaplah dosa, ketika kita memberikan celah kecil terhadap dosa, perlahan-lahan, kita mulai terbiasa dan menganggapnya lazim, sehingga tanpa disadari, kita sudah hidup berdampingan dengan dosa. Sebuah hal kecil yang berujung menjadi sebuah hal yang fatal, karena setelah hidup berdampingan dengan dosa, kita mulai hidup menurut standar diri kita sendiri dan bukan standar Tuhan.
Kita tahu bahwa kita adalah umat yang telah di tebus oleh Tuhan, namun tidak ada orang yang kebal terhadap dosa selama kita masih hidup di tubuh yang lemah ini. Kita secara aktif, membutuhkan Tuhan untuk menyingkapkan di mana dosa itu tersimpan di dalam hati kita. Di masa Lent ini, mari kita meminta kepada Tuhan seperti apa yang Daud minta di Mazmur 139:23 "Selidikilah aku ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal."
Doa untuk meminta Allah menyelidiki, menguji, melihat hidup kita, akan menyinggung kita dan rasanya sangat tidak mengenakkan. Oleh karena itu, Injil dapat di katakan sebagai berita baik, karena kita diperhadapkan dengan berita buruk yaitu dosa. Itulah kebenaran Injil yang sesungguhnya, Injil yang berpusat kepada Kristus yang di salibkan, akan terus menerus menyinggung kita, manusia berdosa. Kita tidak sedang berusaha untuk menjadi orang baik saja, karena jika itu tujuan kita, yang di perlukan hanyalah seorang motivator, bukan Penebus. 
Mari kita meminta Allah sang Penebus itu untuk menuntun kita di jalan yang kekal. Jalan yang membawa kita kepada pertobatan setiap harinya. Tentu tidak mudah, tapi itulah kebenarannya.
Ditulis oleh: Aldi Pratama Darkasih
 

Kami Peduli

Masukkan Alamat E-mail Anda untuk berlangganan dengan website Kami.

Apakah anda anggota jemaat GKY Mangga Besar?