Pada umumnya, para ahli sepakat jika kepemimpinan didefinisikan sebagai—tidak lebih dan tidak kurang—pengaruh. Semakin tinggi ketrampilan kepemimpinan seseorang, pengaruh yang ia miliki juga semakin besar. Pemimpin berbeda dengan kepemimpinan. Seorang pemimpin yang menjabat secara formal/struktural dalam instansi tertentu (perusahaan/yayasan/organisasi) belum tentu memiliki pengaruh yang besar jika keterampilan kepemimpinannya minim. Dampak keputusannya mungkin besar, tetapi pengaruhnya dalam kehidupan pribadi orang lain belum tentu besar. Pengaruh yang dimaksud di sini lebih ke sikap hati, pola pikir, dan ekspresi (tingkah laku) yang dihasilkan dalam kehidupan orang lain. Banyak pemimpin informal/non-struktural yang dapat mempengaruhi orang lebih banyak dalam zaman teknologi informasi ini. Influencer, youtuber, vlogger adalah beberapa contoh.
Karena kepemimpinan sama dengan pengaruh, setiap orang pasti memiliki potensi kepemimpinan, baik secara sadar maupun tidak. Mengapa? Karena keberadaan setiap orang sedikit banyak pasti memengaruhi orang di sekitarnya. Perhatikan bagaimana respons otak, bahasa tubuh, dan intonasi kalimat kita terhadap orang yang tidak kita kenal. Bandingkan jika orang tersebut kita kenal. Baik orang yang tidak kita kenal maupun orang yang kita kenal, keduanya memengaruhi kita, bukan? Sekarang, bayangkan jika pengaruh yang disebarkan seseorang bersifat toxic (meracuni). Respons kebanyakan kita pasti akan menghindar, karena kita tahu bahwa pengaruh tersebut tidak baik, bahkan membahayakan kesehatan jiwa kita. Sebaliknya, jika pengaruh yang dise- barkan bersifat menumbuh-kembangkan, kita dapat dengan sukarela dipengaruhi, bahkan mencarinya. Dengan demikian, betapa pentingnya seseorang membangun kepemimpinan secara benar dan sehat.
Pertanyaannya, bagaimana membangun kepemimpinan yang sehat dan benar? Langkah pertama dari jenis kepemimpinan macam ini adalah dengan tinggal di dalam Kristus. Seorang pemimpin sejati harus percaya kepada Kristus bukan hanya untuk keselamatan jiwanya, tetapi untuk mengambil segala manfaat dari firman yang Kristus ucapkan. Saat Kristus menyuruh diam, maka diamlah. Saat Kristus menyuruh lakukan ini/itu, lakukanlah. Buah (pengaruh) dari tinggal di dalam Kristus tidak langsung terlihat, tetapi yakinilah bahwa suatu saat akan berbuah banyak. Artinya, seorang atau beberapa orang akan terpengaruh begitu rupa, se- hingga hidupnya diubahkan oleh kepemimpinan yang sehat dan benar. Sebagai pemimpin, apakah Anda sudah sungguh-sungguh tinggal dalam Kristus? Pengaruh apa yang orang lain alami dari kepemimpinan Anda: Baik atau buruk? Sehat atau toxic? [MN]