Doa Orang yang Menderita

- Ayub 22 -

Babak ketiga kembali dimulai oleh Elifas. Pada babak pertama (pasal 3-14), para sahabat Ayub menuduh Ayub bersalah, sehingga dia menderita. Pada babak kedua (pasal 15-21), mereka menyamakan Ayub dengan orang fasik. Pada kedua babak tersebut, Ayub merasa dirinya benar. Pada babak ketiga (pasal 22-31), Elifas ingin memaksa Ayub mengakui kesalahannya, sehingga ia melontarkan berbagai kemungkinan kesalahan Ayub yang membuat Ayub menderita (22:5-9). Elifas mengira bahwa Ayub membela diri karena menganggap Allah tidak mengetahui tingkah lakunya (22:13), sehingga Elifas berusaha menyadarkan Ayub bahwa berargumentasi supaya dianggap benar itu tidak akan berpengaruh bagi Allah yang Maha Kuasa (22:2-3). Elifas meyakini bahwa Allah pasti menjawab doa (22:27). Keya- kinan itu tidak salah. Masalahnya adalah cara Allah menjawab doa tidak sesuai dengan perspektif Elifas yang meyakini bahwa jawaban Allah itu segera diberikan. Jadi, Elifas menganggap Ayub tidak berdoa karena ia masih menderita. Sebenarnya, Ayub itu tekun berdoa. Banyak orang Kristen yang menderita secara berkepanjangan juga berdoa, tetapi penderitaan tidak langsung hilang karena: Pertama, Allah bukan pembantu yang harus melaksanakan perintah manusia. Derajat Allah lebih tinggi dari manusia. Allah menjawab doa umat-Nya bukan karena kewajiban, melainkan karena anugerah-Nya. Kedua, Allah itu Maha Baik dan Dia tahu apa yang terbaik bagi diri kita. Dia tidak akan mengabulkan permintaan yang hasilnya tidak baik. Ketiga, Allah itu Penuh Hikmat. Dia akan menjawab pada waktu yang tepat, walaupun waktu Allah itu mungkin terasa terlalu lama, bahkan terasa menyakitkan bagi orang yang sedang menderita. Ada kalanya kita tidak siap menerima jawaban doa, sehingga Allah menunda menjawab doa kita. Jadi, sikap Elifas yang semula ingin menghibur Ayub, tetapi kemudian mencari kesalahan serta menganggap Ayub tidak berdoa jelas merupakan sikap yang menyakitkan. Banyak peristiwa di dunia ini yang tidak dapat dimengerti oleh pemikiran manusia, termasuk bagaimana Allah menjawab doa. Ayub tidak mengerti apa yang membuat ia menderita. Dia bertanya kepada Allah, namun tidak ada jawaban. Hal yang terpenting bagi kita adalah bahwa kita harus terus berharap kepada Allah. Ingatlah bahwa rencana Allah jauh lebih mulia daripada sekadar doa kita terjawab atau tidak. Saat Anda berdoa, apakah Anda memiliki keyakinan yang kokoh bahwa Allah akan memberi yang terbaik, walaupun mungkin jawaban Allah tidak sesuai dengan apa yang Anda doakan? [BW]

Friday, 11 August 2023

Mujur Bukan Berarti Saleh

- Ayub 21 -

Pasal ini mengakhiri perdebatan babak kedua (pasal 15-21). Ayub menjelaskan bahwa keluh kesahnya tentang penderitaan tidak ditujukan kepada sahabat-sahabatnya, tetapi kepada Allah (21:4). Ayub menganggap penghiburan yang diberikan sahabat-sahabatnya sebagai penghiburan yang hampa (21:34) karena apa yang mereka utarakan tidak sesuai dengan apa yang dilihat Ayub di dunia ini. Ayub melihat bahwa ada orang fasik yang menikmati kemujuran dalam kefasikan hingga masa tuanya (21:7-13). Allah seperti membiarkan mereka menikmati kemujur- annya (12:9). Mereka tidak menderita karena bencana bagi mereka disimpan untuk anak-anaknya (21:19), sehingga mereka tidak melihat akibat kefasikan mereka yang menimbulkan penderitaan bagi anak- anaknya, sesudah mereka mati (21:21). Jadi, pendapat para sahabat Ayub—yang memaknai keadilan Allah dalam arti bahwa orang benar akan diberkati dan orang yang tidak benar akan menderita— tidak sesuai dengan fakta yang dilihat oleh Ayub. Sebagai umat Allah, janganlah tergiur untuk hidup seperti orang fasik walaupun kelihatannya mereka tidak mendapat hukuman yang membuat mereka menderita. Akan tetapi, mungkin anak-cucu mereka akan menerima akibatnya, sedangkan mereka akan menghadapi penghakiman akhir tanpa memiliki kesempatan untuk bertobat. Jadi, selagi Tuhan memberi kesempatan kepada umat-Nya untuk menyadari kesalahannya, jangan berlambat-lambat! Mintalah pengampunan Allah dan bertobatlah! Bagi Ayub, kemujuran tidak berkaitan langsung dengan kesalehan. Orang yang mujur pun bisa saja menghina Allah dengan kemujurannya. Walaupun orang fasik bisa saja menikmati kemujur- an sampai usia tua, bahkan mungkin saja orang fasik tidak melihat penderitaan, tetapi Ayub meyakini bahwa kemujuran orang fasik tetap ditentukan oleh kedaulatan Allah. Oleh karena itu, Ayub tidak mau mengikuti jalan mereka (21:14-17). Sebagai orang yang saleh, Ayub berharap bahwa orang-orang yang menghina Allah itu dihukum Allah agar sadar dan bertobat (21:20). Anggota umat Allah yang hidupnya mujur jangan sombong dan merasa diri saleh karena kemujuran bukanlah tanda kesalehan. Kalau hidup Anda berlimpah, tidaklah berarti bahwa Anda sudah hidup benar. Jangan merasa lebih saleh daripada mereka yang hidupnya tidak mujur. Bila Anda diberkati Allah dengan melimpah, berarti Anda diberi kesempatan lebih besar untuk melayani Allah dan sesama. Apakah Anda sudah memakai berkat yang Anda terima untuk melayani Allah dan sesama? [BW]

Thursday, 10 August 2023

Penghukuman Allah

- Ayub 20 -

Akhir-akhir ini, banyak orang yang terlihat kaya dengan memamerkan kekayaannya (Flexing). Ada orang yang benar-benar kaya namun ada juga yang hanya pura-pura kaya, bahkan ada juga orang yang memamerkan kekayaan dengan tujuan yang jahat, yaitu agar orang lain mengikuti dia, lalu orang itu akan dia tipu. Kekayaan yang mereka pamerkan ternyata hasil kejahatan, dan tidak sedikit orang yang akhirnya ketahuan serta harus mempertanggungjawabkan perbuatan mereka secara hukum dan masuk penjara. Pendapat Zofar—dan para sahabatnya— adalah benar bahwa kemujuran orang fasik hanya sebentar saja (20:5). Paparan Zofar sedikit berbeda dengan para sahabatnya. Menurut Zofar, orang fasik bisa saja mujur, tetapi kemujuran mereka hanya sebentar (20:5). Hasil kejahatan terasa menyenangkan pada awalnya, tetapi akan berakhir dengan kesusahan (20:12). Sebaliknya, perbuatan yang benar sering harus diawali dengan jerih payah, namun akan berakhir manis. Menurut Zofar, kemujuran orang fasik hanya sebentar karena Allah akan menghukum mereka (20:15,23,29). Dalam pemahaman Zofar, penghukuman Allah atas orang fasik dan lalim dijatuhkan saat mereka masih di dunia (20:18,22,29). Pada akhirnya, mereka akan menuju pada kebinasaan. Menurut Yohanes 3:18, “Siapa yang percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum. Siapa yang tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.” Bila ada orang fasik yang semula terlihat mujur, lalu menderita di dunia ini, hal itu belum tentu disebabkan karena Allah bertindak menghukum mereka. Sesungguhnya, karena mereka telah berada di bawah hukuman, Allah membiarkan mereka hidup di dalam dunia yang jahat ini, yang saling membenci, saling menghakimi, dan saling menjatuhkan. Bila mereka tidak memanfaatkan kesempatan yang masih tersisa untuk bertobat, akan datang penghakiman Allah yang kekal. Saat itu, tidak ada lagi kesempatan untuk bertobat. Allah tidak akan membiarkan umat-Nya hidup dalam kefasikan. Saat mereka berbuat dosa, Roh Kudus akan mengingat- kan mereka. Bila perbuatan dosa mereka tidak terungkap, bukan berarti Allah tidak mengetahuinya, tetapi Allah memberi kesempat- an kepada mereka untuk bertobat tanpa dipermalukan. Bila mereka tetap tidak mau bertobat, bisa saja Allah mengambil cara yang lain, yaitu dengan cara mengungkapkan kejahatan mereka, sehingga akhirnya mereka akan dipermalukan. Kedua hal tersebut merupakan wujud kasih Allah kepada umat-Nya. Bila Anda berbuat dosa, lalu Roh Kudus meng- ingatkan Anda, apakah Anda selalu segera merespons dengan kesediaan untuk bertobat? [BW]

Wednesday, 09 August 2023

Allah adalah Penebus

- Ayub 18-19 -

Bildad mendukung pendapat Elifas bahwa Allah yang adil akan memberkati orang yang benar dan membuat orang yang tidak benar menderita. Bildad menyatakan bahwa orang fasik terangnya padam (18:5) sehingga langkah kakinya akan menjadi terhambat (18:7) dan akan jatuh pada bencana (18:12). Hal yang lebih memberatkan Ayub adalah ketika Bildad berusaha memperjelas kesamaan kehidupan Ayub dengan orang fasik yaitu kedahsyatan mengejutkan dia (18:11; 4:5) tubuhnya berpenyakit (18:13; 2:7) tidak lagi tinggal di kemahnya (18:14; 2:8,13) tidak mempunyai keturunan (18:19; 1:18-19). Ayub—yang tidak mau mengakui bahwa penderitaannya disebabkan oleh kesalahannya— dianggap sebagai orang fasik oleh Bildad. Ucapan Bildad membuat Ayub merasa terhina dan tersiksa (19:3). Bagi Ayub, perkataan mereka yang membesarkan diri dan menghina Ayub ( 19:5) berarti bahwa Allah telah berlaku tidak adil (19:6). Tidak adanya jawaban atas pergumulannya (19:7-8) membuat Ayub makin merasa sendirian. Saudara-saudaranya menjauh, kenalannya tidak mengenal dia, kerabatnya menghindar, kawannya melupakan, bahkan budaknya pun tidak melayani, bahkan istrinya pun merasa jijik. Ayub menderita dalam kesendirian (19:13-19). Ayub menganggap mereka sebagai pasukan Allah yang merintanginya (19:12). Walaupun sahabat- sahabatnya tidak bisa diandalkan untuk mendapat pertolongan, Ayub tidak membenci mereka. Ia memohon agar para sahabatnya mengasihani dirinya (19:21). Ayub sadar bahwa sesungguhnya Pene- busnya adalah Allah yang hidup (19:25), dan Ayub akan menghadap Allah. Bagi Ayub, tidak menjadi masalah bila semua orang mening- galkannya karena Allah yang hidup menjadi Penebusnya. Adakalanya sahabat yang kita anggap baik ternyata berkhianat, entah karena ia memang jahat atau karena kesalahpahaman. Orang yang kita harap untuk menolong ternyata tidak menolong. Sesungguhnya, pertolongan kita itu datangnya dari Allah Sang Pencipta (Mazmur 121:2; 124:8). Rasul Paulus menuliskan, “Ia, yang tidak menyayangkan Anak- Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?” (Roma 8:32). Allah telah menyerahkan Anak-Nya—Yesus Kristus—menjadi Sang Penebus bagi kita. Oleh karena itu, Ia tidak akan membiarkan kita sendirian, melainkan Ia memberikan Roh Kudus untuk menyertai kita. Bila ada orang yang menolong kita,, sesungguhnya, mereka hanyalah orang yang dipakai Allah untuk menolong kita. Kepada siapakah Anda mengharapkan pertolongan? [BW]

Tuesday, 08 August 2023

Allah adalah Saksi

- Ayub 16-17 -

Ayub berharap bahwa para sahabatnya menguatkan hatinya dan berbelas kasihan kepadanya (16:4-5). Namun, yang terjadi adalah sebaliknya. Mereka membuat Ayub makin lelah karena harus berdebat dengan mereka (16:7). Ia makin kurus (16:8). Ayub bukan hanya memandang perdebatan panjang yang melelahkan itu sebagai perdebatan antara dia dengan para sahabatnya, melainkan Allah ikut terlibat dalam seluruh peristiwa yang terjadi. Ayub merasakan bahwa para sahabatnya seperti orang lalim yang menampar dengan cercaan. Mereka berbuat demikian karena Allah telah menyerahkan Ayub kepada mereka (16:10- 11). Ayub menyadari bahwa mereka tidak bisa memenangkan perdebatan karena Allah tidak memberi pengertian kepada mereka (17:4). Jadi, Ayub tidak memandang perdebatan antara dia dengan para sahabatnya—yang membuatnya kelelahan—dari kaca mata jasmani yang kelihatan saja, tetapi juga memandang semua perdebatan itu dari perspektif Allah. Bagaimana Anda memandang kehidupan yang Anda jalani saat ini, baik yang dapat membuat Anda bersukacita ataupun yang dapat membuat Anda menderita: Apakah Anda memandangnya dari sudut yang kasat mata saja sebagai usaha diri sendiri dan orang-orang yang ada di sekitar Anda, atau Anda berusaha memandang segala peris- tiwa dari perspektif Allah? Rasul Paulus menegaskan bahwa sesungguh- nya Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi setiap orang yang mengasihi Dia (Roma 8:28). Kesadaran Ayub—yang menilai bahwa perdebatan yang melelah- kan itu terjadi karena Allah—membuat Ayub tidak meninggalkan Allah. Walaupun Ayub menyampaikan keluhan, namun Ayub tetap berpaling kepada Allah (16:20), Ayub beranggapan bahwa Allah adalah saksinya di Surga (16:19), Allah adalah jaminannya (17:3). Ayub tidak menyalahkan Allah, bahkan ia menganggap bahwa apa yang terjadi merupakan ujian untuk membuat ia menjadi lebih kuat (17:9). Setiap orang bisa saja disalahpahami oleh orang lain, bahkan difitnah oleh sahabatnya sendiri yang membuat dia menderita. Bila Anda menghadapi kondisi seperti yang dialami oleh Ayub, bagaimana Anda merespons kondisi itu? Allah adalah saksi yang benar yang dapat memberikan pembelaan terhadap tuduhan-tuduhan yang dilontarkan oleh Iblis. Allah adalah jaminan perlindungan dari setiap serangan Iblis. Walaupun Anda mungkin belum mengerti apa yang sedang terjadi, tetaplah memandang kepada Dia yang dapat memberikan pembelaan dan perlindungan. Saat Anda menghadapi serangan Iblis yang hendak menghancurkan iman Anda, apakah Anda berlindung kepada Allah? [BW]

Monday, 07 August 2023

First  Prev 3 4 5 6 7 Next  Last

Kami Peduli

Masukkan Alamat E-mail Anda untuk berlangganan dengan website Kami.

Apakah anda anggota jemaat GKY Mangga Besar?