Perumpamaan Penabur

Tuesday, 06 October 2020


Kisah perumpamaan ini dicatat oleh ketiga Injil (Matius, Markus dan Lukas). Munculnya kisah perumpamaan ini diawali dengan sebuah peristiwa (seperti yang dicatat pada ayat 1) di mana banyak orang datang kepada Tuhan Yesus. Kita dapat mengatakan, mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Ketika mereka menemukan satu orang yang sesuai dengan harapan mereka (pengajaran dan kehidupan rohaninya sangat baik dan dapat membuat mujizat) maka tanpa diminta apalagi dibujuk, mereka segera menggabungkan diri. Kepada orang-orang yang ingin menggabungkan diri ini Tuhan Yesus memberikan pengajaran berupa perumpamaan penabur. Meski ketiga Injil ditujukan kepada orang dan pembaca yang berbeda, namun makna dari kisah perumpamaan ini memiliki kesamaan, yaitu tentang sikap seseorang dalam menerima firman Tuhan. Dalam kisah perumpamaan ini Tuhan Yesus memakai gambaran tentang seorang petani yang sedang menaburkan benih. Tentu yang dimaksud benih disini adalah benih gandum. Setelah menyampaikan pengajaran dalam kisah perumpamaan ini, Tuhan Yesus mengungkapkan sebuah teguran yang sangat keras, seperti yang ditulis pada ayat 9: ‘siapa bertelinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar.’ Apa maksudnya? Orang banyak yang menggabungkan diri ini tentu mendengar pengajaran Tuhan Yesus, tetapi respon atau sikap masing-masing orang berbeda. Dalam kisah perumpamaan ini Tuhan Yesus menyebut empat macam kondisi tanah tempat benih akan bertumbuh, yang merupakan gambaran tentang respon atau tanggapan seseorang terhadap firman Tuhan. Jadi, yang menjadi masalah utama bukan petani yang sedang menabur, atau benih itu sendiri, pokok utama dari kisah perumpamaan ini adalah situasi, kondisi atau keadaan tanah tempat benih itu akan tumbuh. Mari kita melihat empat macam tanah tersebut: Tanah Tepi/Pinggir Jalan (Ayat 4 & 15). Tentu sebelum menaburkan benih, petani ini akan mempersiapkan ladangnya terlebih dahulu. Ketika petani ini menaburkan benih, ia bukan sengaja menaruh benih itu dipinggir jalan supaya diinjak orang atau dimakan burung. Jalan yang dimaksud, bisa merupakan jalan umum yang biasa dilalui orang lain, ataupun pembatas antara ladang yang satu dengan lainnya. Karena menjadi jalan yang sering dilalui orang, jalan itu menjadi keras, tentu benih itu tidak mungkin tumbuh. Alasan benih itu tidak tumbuh bukan saja karena tanahnya keras, tetapi benih itu juga akan rusak dan diinjak orang yang melewati ladang tersebut. Catatan Injil Markus menyebutkan; benih itu bukan saja tidak bertumbuh, bahkan lenyap karena dimakan oleh burung. Pada ayat 15 Tuhan Yesus menjelaskan artinya; ‘Yang jatuh di pinggir jalan itu ialah orang yang telah mendengarnya (firman Tuhan) kemudian datanglah Iblis lalu mengambil firman yang baru di taburkan di dalam hati mereka.' Siapakah orang ini? Orang macam ini adalah orang yang mendengar firman Tuhan tapi masuk telinga kiri, keluar telinga kanan, dan pada dasarnya mereka memang tidak suka dan tidak mau mendengar firman itu. Bukan juga karena Iblis merebut firman itu, tetapi sikap orang tersebut yang lebih suka mengikuti kehendak setan dari pada menaati Allah. Tanah Berbatu-batu (Ayat 5 & 16-17) Keterangan Alkitab yang menyebut tanah berbatu bukanlah tanah yang bercampur dengan batu-batu kecil. Di tanah yang seperti ini tentu benih akan tumbuh. Tanah berbatu yang dimaksud di sini adalah batu besar yang dilapisi oleh tanah yang tipis. Benih itu bisa tumbuh, tetapi akarnya tidak dapat menembus batu, sehingga tidak tahan lama. Ketika sinar matahari panas menimpanya, tanaman itu menjadi layu dan mati. Seperti yang disebutkan pada ayat 16-17, oleh Tuhan Yesus orang ini dikelompokkan sebagai; ‘orang yang setelah mendengar firman itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka tidak berakar, percaya sebentar saja dan dalam masa penindasan dan penganiayaan mereka menjadi murtad.’ Orang seperti ini adalah orang yang senang mendengar firman Tuhan yang cocok dengan suasana hatinya. Mereka hanya suka mendengar lagu-lagu rohani, tetapi karena tidak berakar, maka ketika kesulitan datang, mereka meninggalkan Tuhan. Tanah Bersemak Duri (Ayat 7 & 18-19) Ketika benih gandum itu tumbuh, ada benih lain disekitarnya yang juga sama-sama bertumbuh, yaitu benih dari semak duri. Tumbuhan ini bukan saja menghambat pertumbuhan, bahkan menghimpit benih ini sampai mati. Jenis orang ini oleh Tuhan Yesus disebut sebagai orang yang setelah mendengar firman Tuhan tetapi dalam pertumbuhan selanjutnya terhimpit oleh kekuatiran, kekayaan dan kenikmatan hidup, yang berakibat mereka tidak menghasilkan buah. Orang seperti ini diumpamakan seperti orang yang ingin berpergian ke satu tempat, namun menaiki dua perahu, kaki kiri ada di satu perahu dan kaki yang kanan ada di perahu yang lainnya. Atau dengan kata lain, orang seperti ini adalah orang yang mendua hati. Pada satu sisi ia ingin ikut Tuhan karena ia tahu Tuhan adalah pribadi yang suka menolong, tetapi pada sisi yang lain, ia ingin menikmati kesenangan dunia. Disatu sisi ia suka mendengar firman Tuhan, tetapi pada sisi yang lain, ia lebih mengutamakan hal-hal duniawi dibandingkan Tuhan dan firman-Nya. Mereka mengaku diri sebagai orang Kristen, tetapi praktek hidup Kristen tidak nampak dalam kehidupannya. Ciri orang yang seperti ini selalu punya banyak alasan untuk absen ke gereja, punya banyak alasan untuk tidak membaca Alkitab, punya banyak alasan untuk tidak mengikuti persekutuan doa, jawaban yang selalu disampaikan adalah, tidak punya waktu atau kekurangan waktu. Orang seperti ini bukan saja mendua hati, tetapi dalam praktek hidupnya lebih suka mengandalkan kemampuan dirinya sendiri dibandingkan mengandalkan Tuhan. Jadi, dalam kehidupannya ia lebih bergantung kepada orang lain dibandingkan Tuhan. Kekuatiran hidup lebih besar dibandingkan imannya kepada Tuhan. Pada bagian ini Tuhan Yesus memberi peringatan bahwa bukan saja kekuatiran dapat menghambat pertumbuhan iman kita, demikian juga kesenangan dan kenikmatan dunia. Tanah Yang Baik (ayat 8 & 20) Di tanah yang baik ini benih bukan saja mengalami pertumbuhan yang baik, pada akhirnya benih ini juga akan menghasilkan buah. Saudara perhatikan, benih pohon ini mendapat mahatari yang sama, tetapi hasilnya berbeda. Demikian juga hidup orang Kristen, mungkin hadir di gereja yang sama, mendengar kotbah dari Hamba Tuhan yang sama, tetapi pertumbuhan rohani masing-masing kita berbeda. Semuanya bergantung kepada sikap hati kita terhadap firman Tuhan. Tanah yang baik ini merupakan gambaran orang yang memiliki sikap hidup yang baik. Orang seperti ini akan menjadikan Tuhan Yesus sebagai pusat hidupnya dan firman Tuhan menjadi penuntunnya. Ia bukan saja suka mendengar firman Tuhan, tetapi juga memiliki hati yang mulia, yaitu hati yang mau melakukan kehendak Allah, hati yang taat, hati yang rela memberi bagi Tuhan. Biarlah hati kita seperti tanah yang baik, di mana kita bukan saja suka mendengar firman Tuhan, tetapi mempraktekkan firman itu dalam hidup kita setiap hari, sehingga kita menjadi anak-anak Tuhan yang menghasilkan buah. Kiranya Tuhan memberkati. Ditulis oleh: Pdt. Herman Suratman

Kami Peduli

Masukkan Alamat E-mail Anda untuk berlangganan dengan website Kami.

Apakah anda anggota jemaat GKY Mangga Besar?