Cek Status Hatimu

Wednesday, 18 November 2020


Belakangan ini, hiburan orang adalah update status dan cek status orang lain. Entah di WA, Insta, atau media sosial lainnya. Seakan-akan dengan membaca status orang lain, mereka merasa terhubung dan terhibur. Status orang juga membantu memberi informasi tentang produk atau hal-hal lain yang diperlukan. Ada satu hal yang perlu dilakukan orang Kristen: cek status hati. Apa perlunya? Seorang anak menangis dan marah karena biskuit kesukaannya hanya tersisa dua keping. Semalam sebelum tidur, ia ingat bahwa masih ada beberapa biskuit dan ia berencana untuk memakannya esok hari. Alangkah kagetnya ketika keesokan harinya ia membuka tempat biskuitnya, ia hanya menjumpai dua biskuit. Ia sangat kesal dan sepanjang pagi dia mengomel dan menangis, karena kebahagiaannya lenyap bersama dengan biskuit yang sudah tidak ada lagi. Ia masih punya makanan yang lain, tetapi itu tidak membuatnya berhenti memikirkan biskuit yang sudah tidak ada lagi. Mungkin kita berpikir alangkah bodohnya anak itu. Dia masih punya dua biskuit yang masih bisa dimakan. Kenapa ia masih memikirkan biskuit yang sudah tidak ada lagi, sementara ada yang masih bisa dinikmati di depan mata. Bagi orang dewasa, apa yang masih ada adalah sesuatu yang sepatutnya disyukuri. Tetapi bagi anak kecil, apa yang tersisa menunjukkan bahwa ia kehilangan sesuatu. Satu gelas yang berisi air setengah bisa berarti “masih ada” air, tetapi juga bisa berarti “tinggal sisa” setengah. Persoalannya terletak di hati. Jikalau hati kita penuh syukur, kita akan menikmati apa yang masih ada. Tetapi jikalau hati kita selalu merasa kurang, kita bahkan tidak bisa melihat apa yang masih tersisa. Hati adalah sumber kehidupan. Dari hati muncul segala keinginan, baik yang sesuai dengan kehendak Allah maupun keingingan daging yang berdosa. Itulah sebabnya Salomo mengingatkan: “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan” (Ams. 4:23). Apa yang mengisi hati kita, atau siapa yang menguasai hati kita, akan menentukan kehidupan seperti apa yang kita hasilkan. Jikalau kita membiarkan Tuhan yang menguasai hati kita dan firman-Nya kita simpan dalam hati kita, maka Roh Kudus akan memampukan kita untuk hidup kudus menjauhi dosa. Keinginan kita akan selaras dengan keinginan Tuhan. Kehendak kita adalah apa yang berkenan kepada Tuhan. Hidup kita akan penuh dengan ucapan syukur dan orang akan terberkati melalui kehidupan yang kita jalani. Tetapi jika hati kita dipenuhi oleh diri kita sendiri, bagaimana menyenangkan dan memuaskan keinginan si aku, maka jangan heran jika hidup kita penuh dengan amarah, kekecewaan, kepahitan, kegeraman dan segala bentuk ketidakpuasan lainnya. Kehidupan seperti apa yang ingin kita jalani? Cek status hatimu: dikuasai Tuhan atau dikuasai diri? Jikalau hati kita sudah dikuasai Tuhan, jangan lupa diri. Karena bisa jadi besok giliran si aku yang menguasai hati kita. Karena kita masih hidup di dunia yang berdosa ini, kita harus selalu berjaga-jaga dan waspada supaya kita jangan jatuh ke dalam pencobaan, salah satunya adalah membiarkan dosa menguasai hati kita. Mengapa kita perlu menyediakan waktu untuk berdoa, membaca Alkitab, beribadah, bersekutu dengan saudara seiman, dan melakukan disiplin rohani? Supaya hati kita tetap terpaut dengan Tuhan. Hanya dibutuhkan beberapa detik untuk membuat kita gagal mengeluarkan buah roh: anak kecil yang melempar buburnya ke lantai, suara istri memarahi anak saat kita sedang ada zoom meeting, internet mati saat kita sedang rapat dengan klien penting. Tetapi dibutuhkan disiplin dan waktu bertahun-tahun, bahkan seumur hidup, supaya kita menjadi pribadi seperti Kristus dan memiliki karakter kristiani. Setiap kali kita membaca dan merenungkan Firman Tuhan, itulah saat kita membiarkan Tuhan menyelidiki dan menyingkapkan hal-hal yang tersembunyi yang mungkin tidak kita sadari telah menjauhkan hati kita dari Tuhan. Pemazmur berdoa: “Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku” (Mzm. 139:23). Maukah kita mendisiplin diri untuk membiarkan Tuhan menyelidiki hati kita? Cek status hatimu: terbuka untuk Tuhan selidiki atau tertutup untuk Tuhan koreksi. Di masa pandemi ini, penulis merasakan betapa sulitnya menjaga hati agar selalu menyukakan hati Tuhan. Hari demi hari, kita dihadapkan dengan situasi yang diluar kendali kita, dengan keterbatasan untuk bisa sekadar mencari udara segar dan bersantai. Tetapi syukur kepada Tuhan, karena situasi ini membukakan mata rohani kita betapa manusia yang berdosa membutuhkan anugerah Tuhan yang limpah. Mungkin masa ini menjadi kesempatan bagi kita untuk sungguh-sungguh memeriksa kondisi hati kita masing-masing. Dan apapun kondisi hati kita, bukankah kuasa Tuhan sanggup untuk memulihkan setiap kita yang ingin berubah? Biarlah kerinduan John Calvin menjadi kerinduan kita bersama: My heart I offer to You, Lord, promptly and sincerely (Hatiku kupersembahkan kepada-Mu, Tuhan, dengan tepat dan murni).

Kami Peduli

Masukkan Alamat E-mail Anda untuk berlangganan dengan website Kami.

Apakah anda anggota jemaat GKY Mangga Besar?