Penghiburan Allah kepada umat-Nya didasarkan pada janji Allah
yang belum terlaksana saat janji itu diberikan. Bagaimana kita bisa
meyakini bahwa janji itu pasti akan terwujud? Perhatikanlah bahwa
keyakinan terhadap kepastian terlaksananya janji Allah harus didasarkan
pada dua hal: Pertama, kita harus meyakini bahwa Allah itu Mahakuasa.
Tak ada yang mustahil bagi Allah. Dia bisa melaksanakan apa pun yang
Dia kehendaki (41:2-5, 18-20). Dasar pertama ini tak bisa dipenuhi oleh
siapa pun juga selain oleh Allah karena hanya Allah yang Mahakuasa.
Tak ada manusia yang mahakuasa. Sains atau ilmu pengetahuan pun
memiliki batas-batas yang tidak dapat diterobos. Sains bisa menjadi alat
untuk memahami kondisi saat ini, tetapi sains hanya bisa memperkirakan
masa lampau dan masa depan secara samar-samar. Sains selalu
didasarkan pada hipotesis—atau anggapan dasar—yang masih harus
dibuktikan kebenarannya. Sains juga terus berkembang sehingga tidak
memiliki kebenaran mutlak. Yang dahulu dianggap benar mungkin
sekarang dianggap salah. Yang sekarang dianggap benar mungkin nanti
akan dianggap salah. Keterbatasan sains tampak jelas dalam kehidupan
sehari-hari. Misalnya, kita masih belum bisa memastikan kapan saatnya
suatu gunung api akan meletus. Saat berhadapan dengan wabah Covid19 pun, sains belum dapat memastikan kapan wabah bisa dihentikan.
Hanya Allah saja yang bisa memastikan apa yang akan terjadi di masa
depan. Kedua, kita harus meyakini bahwa Allah itu berbeda—dan lebih
berkuasa—dari semua yang dianggap sebagai ilah-ilah di dunia ini (41:22
-24). Apa pun atau siapa pun yang dianggap berkuasa dan disembah di
dunia ini tidak akan bisa menghalangi rencana Allah. Oleh karena itu,
sebagian besar dari apa yang dijanjikan Allah itu tak bisa kita bayangkan
atau kita duga perwujudannya.
Riwayat bangsa Israel yang kita baca di dalam Alkitab seharusnya
bukan hanya sekadar menambah pengetahuan saja, tetapi seharusnya
membentuk pengenalan kita akan Allah. Perbuatan Allah dalam sejarah
bangsa Israel penuh dengan hal-hal yang melampaui akal, tak terpikirkan
sebelumnya oleh pemikiran kita yang terbatas. Kita memerlukan iman
untuk bisa meyakini kemahakuasaan Allah serta superioritas—atau
keunggulan—Allah atas segala sesuatu di dunia ini. Apakah Anda
meyakini kemahakuasaan dan superioritas Allah itu? [P]