Batasan: Kebaikan Allah

- Bilangan 34 -

TUHAN dengan jelas menegaskan batas-batas negeri yang akan menjadi milik pusaka bangsa Israel (34:2). Baik untuk batas Selatan, Barat, Utara, dan Timur, TUHAN menyebutkan nama daerahnya secara spesifik. Sebagai bangsa yang TUHAN pilih untuk menjadi berkat bagi seluruh bangsa di bumi (Kejadian 12:2-3), hal ini cukup mengejutkan. TUHAN tidak membuat bangsa Israel menduduki seluruh bumi, tetapi justru membatasi wilayah mereka. Salah satu kalimat populer di dunia Barat adalah: ‘The bigger, the better.’ Artinya: lebih besar, lebih baik. Jika diperluas, kalimat ini bisa berarti lebih luas, lebih baik atau lebih banyak, lebih baik. Dunia meng- ajar kita untuk selalu merasa kurang. Pemikiran ini menginspirasi orang untuk jatuh dalam dosa kerakusan, keserakahan, iri hati, dan dosa-dosa lainnya. TUHAN tahu bahwa kecenderungan hati manusia “selalu mem- buahkan kejahatan semata-mata” (Kejadian 6:5). Itulah sebabnya, TUHAN memberi batasan yang jelas bagi umat yang hendak Ia buat menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain. Lagi pula, seperti bangsa Israel harus mengingat bahwa tanah diberikan Allah bukan karena klaim mereka, ingatlah bahwa segala yang kita miliki adalah pemberian Allah. Sebenarnya, luas wilayah Tanah Perjanjian yang disebutkan batas- batasnya di sini jauh lebih luas daripada yang pernah didiami bangsa Israel. Raja Daud menguasai sebagian besar tanah Kanaan dan banyak wilayah trans Jordan juga, tetapi luas wilayah yang ditentukan di sini tidak sesuai dengan batas-batas aktual Israel kapan pun dalam sejarahnya. Oleh karena itu, luas wilayah yang digambarkan di sini adalah suatu wilayah yang dijanjikan Allah kepada bangsa Israel, tetapi tidak pernah sepenuhnya mereka tempati. Luas wilayah Tanah Perjanjian sesuai dengan batas-batas yang TUHAN nyatakan dan ketidakmampuan Israel untuk menempati semuanya mengingatkan kita akan kemurahan hati Allah “yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan” (Efesus 3:20). Demokrasi yang membabi buta mendorong manusia untuk meng- utamakan kebebasan mutlak, yaitu kebebasan sebebas-bebasnya. Batasan dipandang sebagai pengekangan hak. Berbeda dengan perspektif du- nia, anak-anak Allah harus memandang batasan—apa lagi ketetap- an TUHAN—sebagai berkat. Batasan menghindarkan kita dari dosa -dosa terselubung yang malu untuk kita akui. Batasan menolong kita melihat dan bersyukur atas apa yang sudah TUHAN berikan kepada kita. Mengikuti batasan TUHAN akan membuat kita menjadi makin menyerupai Anak-Nya, yaitu Yesus Kristus. Apakah Anda sudah berusaha mengikuti batasan-batasan itu? [MN]

Wednesday, 26 July 2023

Memaknai Perjalanan

- Bilangan 33 -

Janji tentang kepemilikan tanah yang diberikan TUHAN kepada bangsa Israel tidak lama lagi akan mulai digenapi. Dari tempat perkemahan bangsa Israel di tepi sungai Yordan, tanah yang dijanjikan TUHAN terpampang luas di hadapan mereka (33:49). Sebagian besar bangsa Israel mungkin sudah tidak sabar untuk segera menyeberang dan mendiaminya. Jangan lupa, mereka masih anak-anak—paling senior di antara mereka adalah anak-anak muda berusia 20 tahun—saat TUHAN murka dan memastikan bahwa orang tua mereka tidak akan pernah menjejakkan kaki di Tanah Perjanjian. Banyak di antara mereka yang perlu diingatkan bahwa pada akhirnya, janji TUHAN akan tanah perjanjian akan segera digenapi. Dengan sengaja, TUHAN memerintahkan Musa untuk menu- liskan perjalanan bangsa Israel selama hampir 40 tahun. Minimal ada 42 tempat perhentian yang dicatat. Ada tempat yang sangat monumental—penting dikenang karena peristiwa yang terjadi mempengaruhi sejarah bangsa/masyarakat, tempat TUHAN menya- takan kemahakuasaannya. Di Rameses, TUHAN menghancurkan hati orang Mesir yang bersikeras menahan orang Israel dengan membunuh semua anak sulung di Mesir (33:3-4). Di Pi Hahirot, orang Israel menyaksikan TUHAN ’membelah’ laut dan berjalan di tanah yang kering (33:8). Ada tempat-tempat yang membuktikan pemeliharaan TUHAN: Di Elim, ada 12 mata air dan 70 pohon korma (33:9). Di Rafidim yang kering (ayat 14), TUHAN membuat gunung batu Horeb mengeluarkan air (Keluaran 17:1-7). Ada tempat-tempat menyesakkan batin bangsa Israel. Kadesh, tempat TUHAN menyatakan penghukuman-Nya kepada orang tua mereka karena menolak percaya bahwa TUHAN sanggup membuat mereka masuk ke tanah perjanjian (Bilangan 13-14). Kibrot-Taawa, tempat orang-orang rakus dikuburkan” (33:16-17; 11:34). Ada juga tempat yang biasa-biasa saja, tempat perhentian tanpa peristiwa penting atau monumental, melainkan hanya sekadar tempat berhenti/beristirahat sejenak, tempat mereka berhenti karena mengikuti pimpinan TUHAN. Ada baiknya kita mencatat perjalanan hidup kita untuk melihat kebesaran dan kemuliaan TUHAN dalam berbagai situasi hidup kita. Mencatat perjalanan hidup akan menolong Anda untuk menyim- pulkan dan mensyukuri kasih karunia Allah yang membentuk kondisi Anda saat ini (1 Korintus 15:10). Apakah Anda selalu bisa belajar dan bisa bersyukur dalam segala keadaan, baik saat suka, saat duka, maupun saat keadaan biasa-biasa saja? [MN]

Tuesday, 25 July 2023

Pengalaman itu Baik, Tetapi...

- Bilangan 32 -

Pemberontakan yang pernah dilakukan bangsa Israel dan yang membuat TUHAN tidak langsung membawa bangsa itu memasuki Tanah Perjanjian membuat Musa merasa trauma (pasal 13-14). Oleh ka- rena itu, saat bani Gad dan bani Ruben mendatangi Musa untuk meminta agar diizinkan menempati tanah di sebelah timur Sungai Yordan.(32:2-5), Musa menjadi agak paranoid—masalah mental yang ditandai rasa curiga dan ketakutan yang berlebihan terhadap orang lain tanpa alasan yang jelas. Kemudian, Musa secara panjang lebar menasihati bani Gad dan bani Ruben (32:6-15). Kekhawatiran Musa sangat masuk akal! Secara manusia, ia ingin memastikan bahwa kepemimpinannya berhasil. Yang lebih penting, ia ingin agar rencana TUHAN atas bangsa Israel segera digenapi. Tanah Perjanjian sudah di depan mata. Musa khawatir bila keinginan bani Ru- ben dan bani Gad membuat mereka harus berputar lagi ke padang gurun dan menghabiskan waktu 40 tahun lagi di sana. Akan tetapi, ternyata kekhawatiran Musa hanyalah dugaan yang belum dikonfirmasi kepada bani Ruben dan bani Gad. Jawaban mereka melegakan Musa, “...kami sendiri akan mempersenjatai diri dan dengan bersegera kami akan berja- lan di depan orang Israel, sampai kami membawa mereka ke tempat- nya ...kami tidak akan pulang ke rumah kami, sampai setiap orang Israel memperoleh miliki pusakanya ” (32:17-18). Pernyataan bani Gad dan bani Ruben itu mementahkan semua kekhawatiran Musa. Ada tiga hal yang dapat kita renungkan hari ini. Pertama, Musa— meskipun pernah mengalami peristiwa masa lalu yang traumatis— seharusnya bisa menyikapi permintaan bani Ruben dan Gad dengan netral. Apa lagi, Musa notabene adalah pemimpin yang setiap tindak- tanduknya diperhatikan oleh bangsanya. Kedua, walaupun pengalaman itu penting dan berharga, tidak berarti bahwa setiap peristiwa harus disikapi berdasarkan pengalaman masa lalu. Pengalaman traumatis seperti pengalaman Musa akan membentuk sikap hati-hati. Pengalaman positif akan cenderung membentuk sikap yang lebih santai. Reaksi-reaksi memang baik. Akan tetapi, alangkah baiknya jika setiap pengalaman tidak selalu menjadi patokan dalam menyikapi suatu masalah. Kita memiliki TUHAN yang kepada-Nya kita dapat bertanya. Atau minimal, ada ‘orang-orangnya’ TUHAN yang kepada mereka kita dapat datang dan mendapat nasihat yang saleh. Ketiga, pengalaman masa lalu— khususnya yang negatif/traumatis—sebaiknya sesegera mungkin di- bereskan. Apakah Anda memiliki pengalaman traumatis yang mempe- ngaruhi sikap Anda? Mohonlah pertolongan Roh Kudus agar Anda dapat segera membereskan pengalaman traumatis itu! [MN]

Monday, 24 July 2023

Tumpas Total

- Bilangan 31 -

Berbeda dengan strategi peperangan yang dilakukan oleh bangsa- bangsa asing saat melawan bangsa Israel, bangsa Midian adalah bangsa yang pertama kali menggunakan strategi yang berbeda. Mereka tidak berperang secara terbuka (tentara melawan tentara dengan perlengkapan senjata mereka), tetapi mereka berperang secara senyap. Bangsa Midian bukan menang melalui peperangan secara fisik, tetapi menang karena memanfaatkan kelemahan kaum laki-laki Israel yang tidak dapat mengendalikan hasrat seksual, “Bukankah perempuan- perempuan ini, ... menjadi penyebab orang Israel berlaku tidak setia terhadap TUHAN dalam peristiwa Peor, sehingga tulah menimpa umat TUHAN” (31:16). Para perempuan Midian ini menjadi ujung tombak untuk memusnahkan sumber kekuatan utama bangsa Israel, yaitu: kesetiaan untuk menyembah hanya kepada TUHAN. Jadi, meskipun para perempuan tampak tidak berbahaya, Musa memerintahkan agar semua perempuan Midian yang pernah bersetubuh dengan laki-laki dan semua anak laki-laki Midian dibunuh (31:15, 17-18). Sebelum terjadinya peristiwa di atas, TUHAN sudah memerintah- kan penumpasan orang Midian (25:16-17). Musa ingin memastikan bah- wa tidak ada sisa perempuan Midian yang diam-diam menyusup di antara bangsa Israel dan menyesatkan iman mereka (33:55). Perempuan Midian yang sudah pernah bersetubuh dengan laki-laki telah ‘terinfeksi’ oleh kenajisan ilah bangsa asing. Pengaruh perempuan Midian ini bagaikan virus Covid-19 yang telah membuat seluruh dunia menderita.. Gara-gara seseorang—yang terjangkit covid-19 di negara lain—masuk ke suatu negara, negara itu menderita akibat pandemi. Gara-gara nila setitik, rusak susu sebelanga. Kondisi semacam ini juga terjadi saat Akhan mela- kukan dosa dengan mencuri barang-barang berharga yang seharusnya dikhususkan untuk dimusnahkan (Yosua 6:18; 7:1). Gara-gara kerakusan Akhan, seluruh bangsa Israel harus menanggung murka TUHAN. Jangan menyepelekan dosa! Dosa apa pun dalam hidup kita harus kita tumpas secara total sebagaimana yang TUHAN kehen- daki. Jangan berkompromi, apa lagi bersikap toleran terhadap dosa! Saat orang Israel memasuki Tanah Perjanjian, sikap acuh tak acuh terhadap dosalah yang akhirnya menghancurkan mereka. Mereka ditaklukkan, bahkan dijajah bukan karena musuh mereka lebih kuat dan hebat, tetapi karena kekudusan TUHAN dinodai oleh dosa umat-Nya, sehingga TUHAN menepati perkataan-Nya dengan mening- galkan mereka (Bilangan 33:55-56). Turutilah teladan Musa yang menangani dosa dengan cepat dan tuntas. Saat Tuhan menunjukkan dosa Anda, apakah Anda segera membereskannya? [MN]

Sunday, 23 July 2023

Hati-hati Dengan Ucapanmu

- Bilangan 30 -

Dalam Alkitab, ada banyak peringatan tentang perkataan, termasuk tentang nazar. Secara tegas, TUHAN melarang sumpah palsu, “Janganlah kamu bersumpah palsu demi nama-Ku, supaya engkau tidak mencemarkan nama Allahmu; Akulah TUHAN.” (Imamat 19:12 TB2). Dalam Bilangan 30:2, bersumpah kepada TUHAN disamakan dengan nazar. TUHAN adalah kudus, dan Ia tidak akan membiarkan nama-Nya dipermainkan, dibuat bahan candaan, apa lagi dimanfaatkan untuk men- cari keuntungan dari orang lain. Jadi, “Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, untuk disalahgunakan, sebab TUHAN akan memandang bersa- lah orang yang menyalahgunakan nama-Nya.” (Keluaran 20:7 TB2). Apakah Anda melihat bahwa ayat-ayat di atas sebenarnya saling ber- kaitan? Dalam bacaan Alkitab hari ini, tidak disebutkan sama sekali jenis nazar seperti apa yang bersifat mengikat. Apa pun isinya, nazar yang diucapkan di hadapan TUHAN dengan sengaja pasti bersifat mengikat. Sebaliknya, nazar yang diucapkan dengan tidak sengaja adalah ucapan yang sembarangan, namun tetap bersifat mengikat. Begitu seriusnya po- kok ulasan ini sampai-sampai Tuhan Yesus melarang praktik sumpah, “Kamu telah mendengar bahwa kepada nenek moyang kita dikatakan: Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu kepada Tu- han. Namun, Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah ... Jika ya, hendaklah kamu katakan: Ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: Tidak. Apa yang lebih daripada itu berasal dari si jahat” (Matius 5:33-37 TB2). Tidak seorang pun dapat menjinakkan lidah (Yakobus 3:8 TB2). Belajarlah dari kesalahan Yefta (Hakim-hakim 11:30-31, 34-35). Perkataan kita harus dapat ‘dipegang’ dan dipertanggungja- wabkan di hadapan TUHAN dan sesama. Kata-kata itu sangat berkua- sa. Ingatlah bahwa TUHAN menciptakan apa yang tidak ada menjadi ada hanya dengan perkataan (Kejadian 1:3-25). Kata-kata kita dapat menciptakan ‘monster’ dalam diri orang lain ketika menghujat, menghina, memfitnah, dan melecehkannya secara verbal. Sebalik- nya, kata-kata kita dapat menciptakan ‘malaikat’ dalam diri orang yang sama ketika kita menguatkan, menghibur, dan menasihati dia secara proporsional. Meskipun tidak sekuat sumpah, kata-kata kita ‘mengikat’ orang yang mendengarkannya. Sedikit banyak, orang yang mendengar kata-kata kita akan terpengaruh. Seseorang dapat terbuai oleh rayuan, tetapi ia juga dapat ‘termakan’ oleh gosip. Sebaliknya, orang itu juga dapat termotivasi dan terinspirasi oleh kata-kata. TUHAN ada di sorga, dan Ia mendengar setiap kata-kata yang keluar dari mulut sese- orang. Apakah Anda sudah membiasakan diri untuk mempertimbangkan dengan berhati-hati sebelum berbicara? [MN]

Saturday, 22 July 2023

First  Prev 5 6 7 8 9 Next  Last

Kami Peduli

Masukkan Alamat E-mail Anda untuk berlangganan dengan website Kami.

Apakah anda anggota jemaat GKY Mangga Besar?